Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Bab 8 Mari Berolahraga
Bahasa Indonesia · Bab 8 Mari Berolahraga
Dewaki Kramadibrata Dewi Indrawati Didik Durianto

24/08/2021 14:51:04

SMP 8 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Mari Berolahraga

133

Pelajaran

Mari Berolahraga

8

Pada

Pelajaran Kedelapan

ini, kamu akan belajar tentang menyampaikan persetujuan,

sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan, menulis

slogan untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi dan persuasif,

mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan). Masing-masing kompetensi kamu

pelajari melalui tahap-tahap memahami uraian materi, mengerjakan latihan, dan uji kompetensi.

Kamu akan mengerjakan tugas secara individu dan kelompok di dalam ruang kelas. Olahraga

teratur tanpa beban bisa membuat badan sehat dan pikiran jernih sehingga mudah dalam

belajar. Demikian pula dalam mengerjakan keterampilan berbahasa berikut, kerjakanlah

dengan ringan, tanpa merasa terbebani.

A

Menyampaikan Persetujuan, Sanggahan, dan

Penolakan Pendapat dalam Diskusi Disertai

dengan Bukti atau Alasan

Tujuan pembelajaran:

Setelah mempelajari materi pada subbab ini, kamu diharapkan dapat menyampaikan persetujuan,

sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.

Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Ungkapan ini perlu diperhatikan

oleh para remaja. Ini mengingat masa remaja merupakan saat kondisi fisiknya sedang dalam

masa perkembangan. Dengan memiliki badan yang kuat dan sehat, kamu bisa belajar dengan

nyaman, melakukan aktivitas dengan ringan, berpikir jernih.

Kamu bisa meluangkan waktu beberapa menit dalam sehari, beberapa hari dalam

seminggu untuk olahraga. Misalnya setiap pagi kamu lari pagi atau senam di sekitar rumah,

setiap sore main sepak bola di lapangan kampung. Apabila memiliki minat dan bakat pada

olahraga tertentu, kamu bisa serius menekuni olahraga itu. Tidak sedikit pelajar SMP menjadi

atlet karate, catur, dan sebagainya. Hal tersebut tentu membanggakan. Selain sehat, atlet

pelajar bisa mengukir prestasi olahraga.

Pada pertemuan ini, kamu akan mengasah kemampuan berbicara dengan melakukan

diskusi bertema olahraga.

134

Terampil Berbahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs

Saat berinteraksi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, ada kalanya kamu terlibat

dalam sebuah diskusi. Diskusi adalah suatu bentuk kegiatan yang terdiri atas beberapa orang

(bertatap muka secara langsung) untuk bertukar pikiran atau pendapat dan pandangan guna

mencari pemecahan suatu permasalahan.

Dalam sebuah diskusi pasti ada perbedaan. Setiap peserta diskusi tentu memiliki

pandangan, pikiran, maupun pendapat. Hal ini perlu dihormati oleh seluruh peserta diskusi.

Agar mampu menjadi peserta diskusi yang baik, pada pertemuan berikut kamu mempelajari

cara menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi yang

semestinya disertai bukti dan alasan yang relevan.

Berikut ditampilkan ilustrasi sebuah diskusi.

Perlukah Ada Ekstrakurikuler Beladiri di SMP?

Pemimpin rapat

:

Sucipto

Pembina OSIS

:

Bapak Rusdihardjo

Beberapa peserta

:

1. Andriyono

rapat yang berbicara

2. Su

lami

3. Sulistyawan

Sucipto

: ”Dari diskusi ini kita akan menentukan apakah beladiri perlu

diadakan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Sebelum teman-teman

mengemukakan pandangan, saya persilakan Bapak Rusdihardjo

memberi wawasan kepada kami.”

Bapak Rusdihardjo : ”Anak-anak, pada prinsipnya sekolah membebaskan kalian

membentuk ekstrakurikuler apa pun asal positif dan memberi

manfaat yang menunjang pengembangan bakat dan potensi

kalian. Silakan diskusi ini memutuskan apakah kalian perlu

membuka ekstrakurikuler beladiri. Berdiskusilah dengan kepala

dingin dan mengutamakan akal sehat.”

http//smpn3batam.files.wordpress.com

Mari Berolahraga

135

Latihan 8.1

Sucipto

: ”Terima kasih Pak Rus. Secara pribadi, saya rasa ada baiknya

kita membuka ekstrakurikuler beladiri. Ini akan menggem-bleng

fisik dan mental kita serta memberi wadah positif. Secara

jangka panjang, siapa tahu dari SMP kita muncul atlet beladiri

yunior, misalnya.”

Andriyono

: ”Saya sepakat dengan Sucipto. Dengan ikut beladiri, kita akan

memiliki kedisiplinan dan keberanian. Lagian minimal seminggu

sekali kita berolahraga sehingga badan kita sehat dan bisa belajar

secara baik pula.”

Sulami

: ”Maaf

teman. Apakah kita yang masih SMP perlu belajar

beladiri. Apakah nanti tidak membuat siswa-siswi menjadi sok

jagoan dan suka berantem. Bukankah remaja seusia kita

memiliki emosi yang masih labil?”

Sulistyawan

: ”Benar. Secara pribadi saya tidak setuju dengan adanya

ekstrakurikuler beladiri di sekolah ini. Bukannya apa-apa. Kita

masih ingat kasus banyak siswa yang jadi korban kekerasan

temannya gara-gara tayangan

Smack Down

dulu. Oke kita

bukan SD lagi. Tetapi, bisa jadi kan kita menjadi sok kuat dan

akhirnya doyan tawur. Sekali lagi maaf ya atas pikiran ini.”

Sucipto

: ”Baiklah. Ketiga pendapat ini kita jadikan acuan dalam diskusi

ini untuk mengambil keputusan. Silakan ada pemikiran yang

lain?”

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1.

Apakah tema diskusi tersebut?

2.

Tunjukkan pendapat yang menyatakan persetujuan!

3.

Tunjukkan pendapat yang menyatakan sanggahan!

4.

Tunjukkan pendapat yang menyatakan penolakan!

5.

Bagaimana menurut pendapatmu mengenai permasalahan tersebut? Berikan

argumentasimu!

Lakukanlah diskusi kelas!

1. Beberapa siswa ditunjuk menjadi penyelenggara diskusi. Pilihlah seorang ketua

diskusi, moderator, dan notulen. Adapun Bapak/Ibu guru menjadi pengarah/

pembina diskusi.

Tugas 8.1

136

Terampil Berbahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs

Latihan 8.2

2. Siswa yang lainnya menjadi peserta diskusi. Setiap peserta diskusi memiliki hak

untuk menyanggah, menyetujui, menyatakan penolakan maupun pendapat tentang

tema yang didiskusikan.

3. Tema diskusi adalah olahraga.

4. Ingat, baik sebagai penyelenggara rapat maupun peserta rapat, kamu dapat

melakukan diskusi dengan santun dan beretika.

Kata Bilangan

Pada teks tentang diskusi tersebut terdapat kalimat berikut.

”Baiklah. Ketiga pendapat ini kita jadikan acuan dalam diskusi ini untuk mengambil

keputusan. Silakan ada pemikiran yang lain?”

Kata

ketiga

dalam kalimat tersebut merupakan kata bilangan. Kata bilangan ialah kata-

kata yang menyatakan jumlah, satuan kumpulan benda, maupun urutan tempat dari nama-

nama benda. Ragam kata bilangan sebagai berikut.

1.

Kata bilangan utama merupakan kata bilangan yang memberi keterangan jumlah hal

atau barang. Contoh: satu motor, dua buah, tiga pohon, empat lembar, dan sebagainya.

2.

Kata bilangan tingkat merupakan kata bilangan yang menjelaskan urutan ke berapa

keberadaan suatu benda. Kata bilangan ini diletakkan sesudah kata benda. Contoh:

meja keenam, rak kesepuluh.

3.

Kata bilangan kumpulan merupakan kata bilangan yang menjelaskan jumlah barang

dalam suatu himpunan. Kata bilangan ini diletakkan sebelum kata benda. Contoh: keenam

meja itu, kesepuluh rak tersebut.

4.

Kata bilangan tak tentu ialah kata yang menjelaskan jumlah barang dalam satu himpunan.

Kata-kata yang biasa digunakan adalah tiap-tiap, semua, beberapa, dan segala. Contoh:

Tiap-tiap anak diwajibkan membaca minimal 3 novel.

1.

Buatlah empat kata yang mengandung kata bilangan utama!

2.

Buatlah empat kata yang mengandung kata bilangan tingkat!

3.

Buatlah empat kata yang mengandung kata bilangan kumpulan!

4.

Buatlah empat kata yang mengandung kata bilangan tak tentu!

Situs Bahasa

Mari Berolahraga

137

Latihan 8.3

B

Menulis Slogan untuk Berbagai Keperluan dengan

Pilihan Kata dan Kalimat yang Bervariasi, serta

Persuasif

Tujuan pembelajaran:

Setelah mempelajari materi pada subbab ini, kamu diharapkan dapat menulis slogan untuk berbagai

keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi, serta persuasif.

Saat di tempat-tempat umum, kamu tentu pernah membaca kalimat pendek yang ditulis

dengan ukuran besar dan ditempel di tempat yang mencolok. Di rumah sakit, misalnya, kamu

bisa menjumpai kalimat ”Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati”. Di jalan-jalan kamu

mungkin juga pernah membaca tulisan ”Biar Lambat, Asal Selamat. Pakailah Helm Standar”.

Contoh lainnya adalah ”Jagalah Sehatmu Sebelum Sakitmu”. Kalimat ini mengajak kepada

pembaca untuk selalu menjaga kesehatan karena mahal harganya. Itulah slogan. Tahukah

kamu apa pengertian slogan? Slogan merupakan perkataan atau kalimat pendek yang dis

ajikan

secara menarik dan mudah diingat untuk memberitahukan sesuatu. Isi slogan juga

mencerminkan tujuan atau misi yang diemban oleh si pembuat slogan.

Coba perhatikan kelasmu. Adakah slogan yang tertempel di dalam ruanganmu?

1. a. Buatlah beberapa slogan bertema olahraga!

b. Tunjukkan hasil pekerjaanmu kepada seluruh siswa di depan kelas!

c. Siswa yang lain memberi komentar atas sloganmu tersebut.

2. Berkompetisilah membuat slogan! Slogan yang terbaik berhak dipajang di dinding

kelas.

1. Sebagai tugas di rumah, secara berkelompok buatlah slogan dengan tema bebas!

2. Sebelum membuat slogan tersebut, rumuskan terlebih dahulu tujuan penulisan

slogan!

3. Buatlah slogan kelompokmu semenarik mungkin, mudah diingat, dan mencolok

sehingga pembaca tertarik dan sependapat dengan isi slogan tersebut!

4. Setiap slogan dari kelompok, presentasikan di depan kelas!

5. Tempelkan slogan tersebut di kelas maupun majalah dinding!

Tugas 8.2

138

Terampil Berbahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs

C

Mengomentari Kutipan Novel Remaja (Asli atau

Terjemahan)

Tujuan pembelajaran:

Setelah mempelajari materi pada subbab ini, kamu diharapkan dapat mengomentari kutipan novel

remaja (asli atau terjemahan).

Novel merupakan hasil imajinasi atau khayal penulisnya. Saat membaca novel, kamu

diajak masuk ke dalam kisah yang diciptakan sang penulis. Adakalanya peristiwa-peristiwa

itu terjadi dalam kehidupan nyata. Berikut komentar mengenai salah satu novel anak!

Buah Manis Ketekunan

Banyak jalan menuju ke Roma

. Pepatah lama ini sangat besar maknanya,

bahwa untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita bisa ditempuh melalui berbagai

usaha. Apa pun usaha bisa kita lakukan, asalkan tetap di jalan yang benar, demi

terwujudnya cita-cita.

Perjuangan seperti itulah yang dilakukan Toha, seorang murid sebuah sekolah

dasar yang ingin tetap bersekolah walaupun kehidupan keluarganya serba kekurangan.

Ayah Toha sudah meninggal. Toha hidup bersama ibunya dan seorang adik yang

masih kecil.

Kemiskinan tidak membuat Toha putus asa. Ia bertekad tetap melanjutkan

pendidikan walaupun dirinya harus bekerja keras menjadi loper koran cilik. Sang ibu

mengizinkannya asal pekerjaannya itu tidak mengganggu belajarnya.

Setiap pagi buta, usai menjalankan salat Subuh, Toha menjalankan tugasnya

mengantar koran ke rumah para pelanggan. Setelah tugasnya selesai, ia pun berangkat

ke sekolah. Pekerjaannya itu dilakukan dengan hati riang dan tulus.

Wah, sampai kapankah Toha bertahan dengan pekerjaannya itu? Lalu, berhasilkah

ia menggapai cita-citanya? Hm, kita baca novelnya saja, yuk. Karena banyak hikmah

dan pelajaran berharga yang terkandung dalam kisan menarik ini.

Sumber:

Suara Merdeka,

16 Desember 2008.

Novel memiliki dunianya sendiri, suatu dunia kehidupan yang tidak harus sama dengan

kenyataan hidup sehari-hari. Kamu dipersilakan untuk menikmati setiap kisah, mengambil

hikmah, hingga memberikan suatu apresiasi dalam bentuk kritik atau komentar. Agar lebih

dekat lagi dengan novel, berikut disajikan cuplikan novel berjudul

Laskar Pelangi

.

Sepuluh Murid Baru

Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah

kelas. Sebatang pohon

filicium

tua yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk di

sampingku, memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-

Mari Berolahraga

139

angguk pada setiap orangtua dan anak-anaknya yang duduk berderet-deret di bangku

panjang lain di depan kami. Hari itu adalah hari yang agak penting: hari pertama

masuk SD.

Di ujung bangku-bangku panjang tadi ada sebuah pintu terbuka. Kosen pintu itu

miring karena seluruh bangunan sekolah sudah doyong seolah akan roboh. Di mulut

pintu berdiri dua orang guru seperti para penyambut tamu dalam perhelatan. Mereka

adalah seorang bapak tua berwajah sabar, Bapak K.A. Harfan Efendy Noor, sang

kepala sekolah dan seorang wanita muda berjilbab, Ibu N.A. Muslimah Hafsari atau

Bu Mus. Seperti ayahku, mereka berdua juga tersenyum.

Namun, senyuman Bu Mus adalah senyum getir yang dipaksakan karena tampak

jelas beliau sedang cemas. Wajahnya tegang dan gerak-geriknya gelisah. Ia berulang

kali menghitung jumlah anak-anak yang duduk di bangku panjang. Ia demikian khawatir

sehingga tak peduli pada peluh yang mengalir masuk ke pelupuk matanya. Titik-titik

keringat yang bertimbulan di seputar hidungnya menghapus bedak tepung beras yang

dikenakannya, membuat wajahnya coreng moreng seperti pemeran emban bagi

permaisuri dalam

Dul Muluk

, sandiwara kuno kampung kami.

“Sembilan orang...baru sembilan orang Pamanda Guru, masih kurang satu...,”

katanya gusar pada bapak kepala sekolah. Pak Harfan menatapnya kosong.

Aku juga merasa cemas. Aku cemas karena melihat Bu Mus yang resah dan

karena beban perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuhku. Meskipun beliau begitu

ramah pagi ini tapi lengan kasarnya yang melingkari leherku mengalirkan degup jantung

yang cepat. Aku tahu beliau sedang gugup dan aku maklum bahwa tak mudah bagi

seorang pria berusia emat puluh tujuh tahun, seorang buruh tambang yang beranak

banyak dan bergaji kecil, untuk menyerahkan anak laki-lakinya ke sekolah. Lebih

mudah menyerahkannya pada tauke pasar pagi untuk jadi tukang parut atau pada

juragan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekonomi keluarga.

Menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada biaya selama belasan tahun dan

hal itu bukan perkara gampang bagi keluarga kami.

“Kasihan ayahku....”

Maka aku tak sampai hati memandang wajahnya.

“Barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan keinginan sekolah, dan

mengikuti jejak beberapa abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli....”

Tapi agaknya bukan hanya ayahku yang gentar. Setiap wajah orangtua di depanku

mengesankan bahwa mereka tidak sedang duduk di bangku panjang itu, karena pikiran

mereka, seperti pikiran ayahku, melayang-layang ke pasar pagi atau ke keramba di

tepian laut membayangkan anak lelakinya lebih baik menjadi pesuruh di sana. Para

orangtua ini sama sekali tak yakin bahwa pendidikan anaknya yang hanya mampu

mereka biayai paling tinggi sampai SMP akan dapat mempercerah masa depan

keluarga. Pagi ini mereka terpaksa berada di sekolah ini untuk menghindarkan diri

dari celaan aparat desa karena tak menyekolahkan anak atau sebagai orang yang

terjebak tuntutan zaman baru, tuntutan memerdekakan anak dari buta huruf.

140

Terampil Berbahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs

Aku mengenal para orangtua dan anak-anaknya yang duduk di depanku. Kecuali

seorang anak kecil kotor berambut keriting merah yang meronta-ronta dari pegangan

ayahnya. Ayahnya itu tak beralas kaki dan bercelana kain belacu. Aku tak mengenal

anak beranak itu. Selebihnya adalah teman baikku. Trapati misalnya, yang duduk di

pangkuan ibunya, atau Kucai yang duduk di samping ayahnya, atau Syahdan yang

tak diantar siapa-siapa. Kami bertetangga dan kami adalah orang-orang Melayu

Belitong dari sebuah komunitas yang paling miskin di pulau itu. Adapun sekolah ini,

SD Muhammadiyah, juga sekolah kampung yang paling miskin di Belitong. Ada tiga

alasan mengapa para orangtua mendaftarkan anaknya di sini. Pertama, karena sekolah

Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apa pun, para orangtua hanya

menyumbang sukarela semampu mereka. Kedua, karena firasat, anak-anak mereka

dianggap memiliki karakter yang mudah disesatkan iblis sehingga sejak muda harus

mendapat pendadaran Islam yang tangguh. Ketiga, karena anaknya memang tak

diterima di sekolah mana pun.

Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya di

seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar baru. Kami

prihatin melihat harapan hampa itu. Maka tidak seperti suasana di SD lain yang

penuh kegembiraan ketika menerima murid baru angkatan baru, suasana hari pertama

di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu

Mus dan Pak Harfan.

Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas

Sekolah dari Depdiknas Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah

hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di

Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas

sebab sekolah mereka akan tamat riwayatnya, sedangkan para orangtua cemas karena

biaya, dan kami, sembilan anak-anak kecil ini—yang terperangkap di tengah—cemas

kalau-kalau kami tak jadi sekolah.

Tahun lalu SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas siswa, dan tahun ini

Pak Harfan pesimis dapat memenuhi target sepuluh. Maka diam-diam beliau telah

mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah di depan para orangtua murid

pada kesempatan pagi ini. Kenyataan bahwa beliau hanya memerlukan satu siswa

lagi untuk memenuhi target itu menyebabkan pidato ini akan menjadi sesuatu yang

menyakitkan hati.

“Kita tunggu sampai pukul sebelas,” kata Pak Harfan pada Bu Mus dan seluruh

orangtua yang telah pasrah. Suasana hening.

Para orangtua mungkin menganggap kekurangan satu murid sebagai pertanda

bagi anak-anaknya bahwa mereka memang sebaiknya didaftarkan pada para juragan

saja. Sedangkan aku dan agaknya juga anak-anak yang lain merasa amat pedih:

pedih pada orangtua kami yang tak mampu, pedih menyaksikan detik-detik terakhir

sebuah sekolah tua yang tutup justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih

pada niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus terhenti hanya

karena kekurangan satu murid. Kami menunduk dalam-dalam.

Mari Berolahraga

141

Rangkuman

Latihan 8.4

Tugas 8.3

Saat itu sudah pukul sebelas kurang lima menit dan Bu Mus semakin gundah.

Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan tiga puluh dua

tahun pengabdian tanpa pamrih pada Pak Harfan, pamannya, akan berakhir di pagi

yang sendu ini.

“Baru sembilan orang Pamanda Guru...,” ucap Bu Mus bergetar sekali lagi. Ia

sudah tak bisa berpikir jernih. Ia berulang kali mengucapkan hal yang sama yang

telah diketahu semua orang. Suaranya berat selayaknya orang yang tertekan batinnya.

Sumber:

Laskah Pelangi

karya Andrea Hirata

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1.

Apakah yang dilakukan oleh para orang tua dan anaknya di pagi hari itu?

2.

Sebutkan keadaan sekolah yang digambarkan di dalam petikan novel tersebut!

3.

Apa yang dicemaskan oleh Bu Mus?

4.

Mengapa tokoh aku merasa kasihan kepada bapaknya?

5.

Mengapa para orang tua terpaksa mendaftarkan anak-anak mereka ke SD?

Menarikkah kisah

Laskar Pelangi

tersebut? Pada penugasan berikut, kamu

dipersilakan melakukan diskusi kelas.

1.

Bagilah anggota kelas menjadi empat kelompok besar.

a.

Kelompok pertama mengapresiasi topik/tema novel.

b.

Kelompok kedua mengapresiasi karakter tokoh.

c.

Kelompok ketiga mengapresiasi bahasa yang digunakan penulis.

d.

Kelompok keempat mengapresiasi nilai-nilai yang dapat dipetik dalam novel.

2.

Untuk memperlancar diskusi, pilihlah seorang moderator dan pencatat hasil

diskusi.

1.

Diskusi merupakan bentuk kegiatan yang terdiri atas beberapa orang yang

bertatap muka secara langsung untuk bertukar pikiran/pendapat/pandangan guna

mencari solusi suatu permasalahan.

142

Terampil Berbahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs

Uji Kompetensi

Hal-hal yang dikemukakan dalam diskusi bersifat menyampaikan:

a.

persetujuan,

b.

sanggahan,

c.

penolakan pendapat.

2.

Slogan merupakan perkataan atau kalimat pendek yang disajikan secara menarik

dan mudah diingat untuk memberitahukan sesuatu.

Langkah-langkah membuat slogan:

a.

tentukan tema dan tujuan pembuatan slogan,

b.

buatlah semenarik mungkin agar memberikan kesan kepada pembaca.

3.

Novel memiliki dunianya sendiri. Kamu dipersilakan menikmati setiap kisah,

mengambil hikmah, hingga memberikan suatu apresiasi dalam bentuk kritik atau

komentar.

A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar!

Pro Kontra Buletin Mingguan SMP Khatulistiwa

Pembuatan buletin mingguan di SMP Khatulistiwa menimbulkan pro dan

kontra. Dalam sebuah diskusi di ruang kesiswaan, pengurus OSIS meyakinkan

beberapa anggota OSIS perwakilan tiap kelas. Mereka menyampaikan argumen

betapa perlunya buletin mingguan di SMP tersebut. Adapun perwakilan tiap kelas

juga menanggapi beragam.

Sebenarnya ide buletin tercetus dari Seksi Apresiasi Bahasa, Sastra, dan Seni.

Program itu merupakan wahana informasi, rekreasi, dan edukasi bagi siswa.

1. Kalimat yang menyatakan persetujuan atas terwujudnya buletin mingguan adalah....

a.

Apa tidak sebaiknya dikaji dulu baik buruknya program ini mengingat proses

pencetusan yang sangat singkat.

b.

Saya pikir faktor efisiensi perlu diperhatikan.

c.

Ini merupakan kegiatan yang mubazir dan tidak senapas dengan visi kami.

d.

Sudah saatnya sekolah kita memiliki media untuk mengeratkan seluruh penghuni

sekolah dan tersedianya wadah apresiasi siswa dengan diadakannya

buletin ini.

2. Kalimat yang menyatakan penolakan atas program buletin mingguan adalah....

a.

Ide ini bagus mengingat selama ini tidak adanya sarana siswa memublikasikan

tulisannya.

b.

Program ini apa tidak kita ganti dengan pembuatan sarana olahraga saja

mengingat potensi anak di sini terhadap olahraga sangat besar.

Mari Berolahraga

143

c.

Kami mewakili kelas VIII akan proaktif mengirim artikel entah itu nonfiksi

maupun prosa.

d.

Saya takjub atas gebrakan ini.

3. Kalimat yang menyatakan sanggahan program buletin mingguan adalah....

a.

Maaf, apa tidak sebaiknya ditunda dulu mengingat kita belum melakukan survei

mendalam perlu tidaknya buletin kita hadirkan saat ini.

b.

Bagaimana kalau buletin ini juga memuat rubrik “curhat” dengan dibimbing

bapak/ibu guru BP?

c.

Kami ingin buletin ini juga terdistribusi ke sekolah lain sebagai sarana informasi.

d.

Saya sangat antusias untuk mengirimkan tulisan-tulisan yang selama ini tersimpan

rapi di buku harian.

4. Kalimat berikut yang menggunakan kata bilangan tingkat adalah....

a.

Anik duduk di deretan meja kedua bersebelahan dengan Dea.

b.

Pagi ini kedua anak itu berolahraga.

c.

Keempat kelompok pencinta alam itu melakukan pendakian gunung.

d.

Tiap-tiap peserta diperbolehkan menyampaikan persetujuan atau sanggahan.

5.

Keempat novel itu dibaca oleh Dewanti hanya dalam waktu seminggu.

Kalimat tersebut menggunakan kata bilangan....

a.

utama

b.

ti

ngkat

c.

kumpulan

d.

tak tentu

6. Kalimat berikut yang menggunakan kata bilangan tak tentu adalah....

a.

Ia menjual tiga pohon jati.

b.

Abdullah merupakan putra kelima dari enam bersaudara.

c.

Ketiga peserta lomba diberi pengarahan oleh panitia.

d.

Beberapa anak menulis cerpen dengan memuaskan.

7. Kalimat berikut merupakan slogan, yakni....

a.

Narkoba membunuh generasi bangsa

b.

Putih tulang dikandung tanah, budi baik terkenang juga

c.

Ikhtiar menjalani, untung menyudahi

d.

Belilah produk ini dengan diskon sampai 75 persen

8.

Waktu Harimurti kembali dari kamar korektor, di meja kamarnya dilihatnya

ada pesan dari Maryanto, pemimpin redaksi, yang mengajaknya makan siang

di Phoenix, sebuah restoran Cina gaya Szechuan yang mewah di bilangan

kota. Wah, kok tumben betul Bos mengajak saya ke tempat itu, gumamnya.

Apa tidak salah mengundang nih, tanya hatinya lagi. Tapi pesan akhir di

nota itu jelas betul. “Jangan lupa ya, Har. Jam satu, ruang tunggu Phoenix.”

Latar tempat dari cuplikan novel

Jalan Menikung Para Priyayi 2

karya Umar

Khayam tersebut adalah....

a.

kamar korektor

c.

pusat kota

b.

kamar tidur

d.

ruang tunggu

144

Terampil Berbahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs

9.

Tapi aku harus menunggu sampai anakku tertidur. Di hari pertama itu dia

tampak lelah sehingga setengah delapan aku dapat meninggalkan dia.

Sebelum turun, aku tidak mengetuk pintu kabin tetanggaku karena khawatir

mereka masih beristirahat. Tadi ketika mengantar anak-anak, kami tidak

merundingkan kesepakatan akan bersama-sama makan malam.

Latar waktu novel tersebut adalah....

a .

pagi

b.

siang

c .

sore

d.

malam

10.

Perkenalanku dengan tanah air suamiku tidak mulus, melainkan penuh

kerepotan dan kekecewaan disusul hari-hari berisi pertengkaran yang

kurasakan tak akan habis-habisnya. Yves sangat ketat dalam hal pemberian

uang belanja. Dia selalu curiga, khawatir kalau-kalau aku “mencuri” uang

belanja itu untuk kepentingan diriku sendiri. Seolah-olah pemberiannya itu

cukup untuk bisa kucuri! Kemudian penderitaan batinku semakin menjadi-

jadi ketika musim dingin tiba. Konon itu adalah musim dingin paling dahsyat

sejak empat puluh tahun terakhir.

(

Dari Parangakik ke Kampuchea

karya NH Dini)

Watak Yves dalam kutipan novel tersebut adalah....

a.

tidak percaya

c.

pemarah

b.

pelit

d.

pe

malas

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jelas!

1. Tema diskusi: Perlukah anak SMP berpacaran?

Buatlah kalimat yang menyatakan persetujuan, sanggahan, atau penolakan atas

tema tersebut dan berikan alasan yang logis!

2. Buatlah kalimat dengan menggunakan kata bilangan tingkat!

3. Buatlah kalimat dengan menggunakan kata bilangan kumpulan!

4. Buatlah sebuah slogan dengan kalimat yang bervariasi dan persuasif!

5.

Waktu usia Lantip sudah hampir 45 tahun, barulah dia berani melangsungkan

perkawinannya dengan Halimah, tunangannya yang sudah sekian tahun

lamanya itu. Setiap kali suami istri Hardoyo menanyakan kapan dia mau

kawin, Lantip hanya tersenyum saja menjawab bahwa dia dan Halimah belum

siap betul untuk melangsungkan perkawinan mereka. Padahal, sesungguhnya

Lantip belum tega benar meninggalkan, yang dia selalu anggap sebagai

momongannya, Harimurti, yang agaknya belum lepas betul dari trauma

penahanan dirinya dan kehilangan Gadis dan bayi kembarannya.

(

Jalan Menikung

. karya Umar Khayam)

Apa yang melatarbelakangi Lantip baru menikah saat usia 45 tahun?